Survei yang di prakarsai oleh PISA dan dirilis oleh Organization for Economic Co-operation and Development ( OECD ) pada tahun 2019 menunjukkan peringkat literasi Indonesia yang sangat rendah, yakni urutan ke 62 dari 70 negara, yang artinya posisi Indonesia masuk 10 besar negara dengan tingkat literasi terendah. Misi Indonesia menyipakan generasi emas nya pada jelang Indonesia Emas 2045 sepertinya perlu kerja extra, karena bagian dari kompetensi yang diharapkan menuju Indonnesia Emas ada pada kompetensi literasi
Memang miris melihat negara yang begitu besar dengan jumlah penduduk yang signifikan namun kesadaran literasinya masih rendah. Padahal dengan budaya literasi ini diharapkan Indonesia menyumbangkan generasi produktif kedepannya. Karena dengan kemampuan literasi yang baik akan semakin menumbuhkan para akademisi yang cerdas, kritis, responsive, produktif dan memiliki kedewasaan berfikir.
Apa yang terjadi sesungguhnya pada generasi kita saat ini sehingga literasi belum menjadi budaya dinegara kita. Generasi saat ini dimanjakan dengan berbagai fasilitas elektronik, acara hiburan yang bervarian, permainan yang melalaikan mereka dalam belajar, beribadah dan bersosialisasi. Aktfitas yang monoton membuat mereka cepat lelah dan bosan. Aktivitas sekolah hanya formalitas bahkan banyak yang memanfaatkan dispensasi sakit untuk menikmati game dirumah. Belum adanya kesadaran akan pentingnya masa depan dan belum mampu menjawab dengan pasti akan jadi apa saya dimasa yang akan datang.
Sekolah adalah salah satu lingkup dari sekian banyak lingkup yang menjadi wadah untuk melakukan pembudayaan literasi, karena disinilah proses edukasi paling banyak dilakukan bersama para pendidik yang sudah memiliki wawasan dalam melakukan pendampingan kepada siswa. Permasalahan yang masih sering terjadi adalah pemaknaan literasi yang masih sempit, hanya pada kemampuan membaca dan menulis saja, sehingga umumnya hanya direlasikan pada mata pelajaran tertentu saja yaitu pelajaran Bahasa Indonesia. Pemaknaan literasi saat ini sudah semakin meluas tidak hanya membaca dan menulis apa yang diajarkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia namun kemampuan siswa dalam memahami berbagai macam teks, memaknainya, mengkritisi, mencari kebenaran informasi, memaparkan padangan dan menentukan respon dari apa yang sudah mereka baca, amati dan lihat. Siswa juga di ajak untuk dapat mengkomunikasikan informasi yang diperoleh dengan bahasa yang santun dan terdidik sehingga ide, gagasan dan pemikiran siswa dapat dituangkan tidak hanya dalam bentuk tulisan namun dalam berbagai bentuk produk baik narasi, orasi maupun gambar.
Dengan pemaknaan yang luas tentang literasi dapat diambil kesimpulan bahwa sesungguhnya semua mata pelajaran yang dipelajari siswa sama sama memiliki peluang yang besar untuk dikembangkannya aktivitas literasi. Setiap guru yang mengampuh pelajaran perlu kiranya diberi penguatan terkait bagaimana literasi dikembangkan didalam mata pelajaran masing masing guru pengampuh. Sehingga budaya literasi dapat terintegrasi kesemua mata pelajaran.
Memabaca adalah salah satu sarana siswa untuk mengembangkan kemampuan literasinya, setiap guru sesungguhnya dapat mengolah berbagai jenis bahan bacaan yang dapat direlasikan dengan masing masing mata pelajaran. Siswa umumnya senang dengan hal hal yang menantang, menarik dan hasilnya dapat langsung mereka akses. Hal ini perlu ditangkap oleh setiap guru bahwa anak senang tantangan maka pemilihan penugasan literasi juga perlu memikirkan bahan yang menantang siswa disesuaikan dengan isu sehari hari yang mereka alami dan mereka bicarakan dengan teman sebaya.
Seorang guru mate matika biasanya yang sering mengeluh dengan susahnya mereka memasukkan unsur literasi didalam mata pelajaran mereka. Karena apa yang diajarakan adalah pelajaran eksak dan hanya membutuhkan angka dan gambar saja. Pelajaran mate matika sesungguhnya lahir dari kebutuhan kehidupan siswa sehari hari. Karena kegiatan menghitung, bertransaksi dan segala aktivitas yang membutuhkan perhitungan juga menjadi bagian dari aktiftas siswa sehari hari. Ini menjadi menarik sesungguhnya jika pelajaran ini mampu menemukan titik dimana literasi bisa dikembangkan dengan baik. Siswa dapat diajak membaca struk belanjaan orang tua mereka sehari hari, mengkitung berapa kebutuhan kalori mereka dan berapa kalori yang sudah mereka konsumsi setiap harinya. Pada akhirnya siswa akan berfikir kritis dan menggunakan logika mate matika yang baik dalam kehidupan yang nyata.
Menulis menjadi satu bagian kompetensi literasi yang juga menantang untuk dikembangkan disekolah. Siswa akan merasa berat bahkan kehabisan kata kata jika guru meminta mereka menulis atau mengarang cerita. Apa yang menyebabkan ini terjadi. Habit menulis memang tidak dimiliki oleh semua orang, namun kegiatan menulis sesungguhnya menjadi kebutuhan kita setiap hari nya. Sayangnya selalu dilakukan dalam kondisi formal dan penuh kepentingan. Kurangnya pegalaman dan wawasan menyebabkan anak susah untuk menuangkan gagasan nya dalam tulisan dan tulisan yang dihasilkan setiap harinya di buku tulis mereka hanyalah tulisan yang penuh kepentingan, yakni menyadur buku, menyalin tulisan dipapan dan menulis apa yang disampaikan oleh guru. Siswa sedikit sekali mengalami hal menarik disekolah selain belajar dan beraktivitas akademik. Oleh karenaya setiap guru dianjurkan untuk memiliki aktivitas menarik, menyenangkan, dan bermakna. Aktivitas yang melekat dalam ingatan dan menjadi penguat wawasan siswa inila sesungguhnya dapat menjadi rangkaian tulisan menarik jika dinarasikan lewat tulisan atau paparan. Siswa terkadang susah membuat kata kata tapi mampu membahasakan suara hatinya memalui gambar,puisi,poster,cerpen atau hanya sekedar status singkat yang bermakna. Membiasakan siswa menuangkan gagasan nya dalam berbagai model yang mereka senangi juga mencadi salah satu pemacu mereka untuk memiliki karakter literate.
Selama ini yang terjadi umumnya guru hanya memfasilitasi satu skill saja dalam literasi yakni menulis karangan, essay atau artikel. Padahal ada Sebagian mereka yang dapat menuangkan pemikiran dan gagasan melalui media tulisan yang lain.
SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta saat ini mengembangkan podlisa yakni podcas literasi Muhdasa. Podcas ini mewadahi siswa siswa yang memiliki kemampuan berbicara yang lebih dibandingkan teman lainnya. Anak anak yang talkactive difasilitasi untuk bisa berkomunikasi dengan baik. Kelebihannya dalam berorasi dapat terwadahi disini, menjadi satu bagian pembinaan literasi sekolah untuk siswa siswa khusus yang potensial dalam berbicara.
Pengarus utamanan isu literasi juga dilakukan pada setiap momen sekolah. Menulis menjadi kegiatan habituasi. Tulisan siswa diapresiasi dan di bukukan. Hal ini menjadi penyemangat mereka utuk terus berkarya.
Sesunguhnya aktivitas literasi sangat dinamis, siswa kita butuh berbagai pilihan aktivitas literasi agar mereka bisa mengekspresikan fikiran dan gagasan yang mereka miliki dari apa yang mereka baca, lihat, amati dan rasakan melaului berbagai bentuk media expresi. Menulis, berpuisi, menggambar, podcast adalah aktiifitas aktivitas menarik yang dapat diperaktekkan disekolah. Setiap mata pelajaran adalah literasi, sehingga kegiatan literasi dapat dilakukan disetiap mata pelajaran yang anak anak pelajari setiap harinyadi sekolah.
Ditulis oleh:
Ibu Esti Priyantini, S.S., M.Pd.BI
Daftar Pustaka
Suyanto, Asep Jihad.2013.Guru Profesional. Strategi meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Globall.Yogyakarta.Erlangga
Novrizaldi. 2021.Tingkat Literasi Indonesia Memprihatinkan, Kemenko PMK Siapkan Peta Jalan Pembudayaan Literasi Nasional.https://www.kemenkopmk.go.id/tingkat-literasi-indonesia-memprihatinkan-kemenko-pmk-siapkan-peta-jalan-pembudayaan-literasi
1 Komentar
Your point of view caught my eye and was very interesting. Thanks. I have a question for you.